Sobat Pesdik, masa SMP adalah masa-masa pubertas para siswa. Mereka mengalami perubahan yang signifikan lho, baik secara fisik maupun psikis, terutama pada sistem reproduksi. Nah, di masa ini pembekalan pendidikan kesehatan reproduksi secara komprehensif menjadi penting!

Selain sekolah, orang tua juga menjadi subjek penting dalam pembekalan kesehatan reproduksi bagi anak-anaknya. Kerjasama kedua komponen ini sangat dibutuhkan demi mencegah dan melindungi para siswa dari perilaku seksual beresiko yang dapat berpengaruh terhadap kesehatan reproduksi, sekaligus membentuk sikap dan nilai-nilai positif yang akan memberdayakan mereka menjadi pribadi yang sehat.

Hanya saja, baru sebagian guru yang memahami, mengetahui, dan peduli akan kesehatan reproduksi siswa. Padahal mereka menjadi subjek penting dalam kesehatan reproduksi siswa. Data Global Student Healt Survey (GSHS) tahun 2015 menunjukkan hanya sedikit siswa SMP di Indonesia menyatakan pernah diajarkan di kelas mengenai bagaimana cara menghindari pelecehan, cara menolak berhubungan seksual, bahkan sikap apa yang harus dilakukan jika dipaksa melakukan hubungan seksual.

Kondisi ini membuat Kemdikbudristek terus berupaya memaksimalkan program-program pendukung kesehatan reproduksi siswa. Salah satunya, melalui Direktorat SMP, Bidang Peserta Didik menyelenggarakan workshop UKS dengan menghadirkan narasumber di bidang kesehatan reproduksi, dihadiri dinas pendidikan kabupaten/kota dan guru-guru.

Selain itu, Bidang Peserta Didik juga menerbitkan buku Pedoman Program Kesehatan Reproduksi Jenjang SMP. Melalui buku ini, Koordinator Peserta Didik, Maulani Mega Hapsari berharap agar dinas pendidikan kabupaten/kota, kepala sekolah, guru, bahkan siswa mampu memahami secara utuh informasi, tata kelola, dan kesehatan reproduksi bagi anak SMP melalui Tiga Pilar Kesehatan yaitu pendidikan kesehatan, layanan kesehatan, dan lingkungan sekolah sehat.