Direktorat SMP dan UNICEF Beri Penyuluhan Kesehatan Mental pada Remaja

Direktorat Sekolah Menengah Pertama (Direktorat SMP) bersama dengan UNICEF melangsungkan edukasi mengenai kesehatan mental remaja lewat webinar bertajuk “Sobat SMP Sehat Mental, Sehat Digital” pada Jumat (15/12) di kanal YouTube Direktorat SMP. Acara tersebut selain mengedukasi tentang kesehatan mental remaja, juga menjadi momen peluncuran “Buku Pedoman Kesehatan Jiwa Remaja Jenjang SMP.” 

Plt. Direktur Direktorat SMP Drs. I Nyoman Rudi Kurniawan, M.T mengungkapkan, isu kesehatan jiwa pada remaja merupakan hal yang perlu mendapatkan perhatian serius. Keseimbangan kesehatan jiwa dan fisik tidak bisa dianggap remeh karena hal tersebut berhubungan dengan perkembangan individu remaja. “Jika kita ingin menciptakan generasi yang tangguh kreatif dan berdaya, kita harus memprioritaskan kesehatan jiwa mereka,” ungkap Nyoman.

Saat ini, pelajar remaja selain menghabiskan waktu di sekolah, juga banyak menghabiskan waktu di dunia digital. Kondisi di dua tempat tersebut sangat menentukan kesehatan mental pada remaja. Jika mereka tidak bisa meregulasi emosi dan tidak mendapatkan sistem dukungan yang optimal dari lingkungan sekitarnya, dapat mengarah kepada isu kesehatan mental sehingga menyebabkan remaja mengalami kesulitan dalam belajar. “Melalui edukasi dan peluncuran ‘Buku Pedoman Kesehatan Jiwa Remaja Jenjang SMP’, diharapkan Sobat SMP dapat menjaga kesehatan mentalnya sehingga dapat menjadi pelajar yang memiliki profil pelajar Pancasila,” ujar Nyoman.

UNICEF Supporter Psikolog Anak dan Remaja Anastasia Satriyo, M.Psi., Psikolog menjelaskan, pada masa remaja terdapat berbagai perubahan, baik dari fisik, pikiran, dan perasaan. Salah satu perubahan yang dialami pada masa remaja adalah terjadinya penurunan jumlah dopamin yang berperan dalam memberikan perasaan senang. “Jadi tidak heran walaupun masalah hidup lebih banyak dialami oleh orang dewasa dibandingkan remaja, tetapi beban mentalnya akan terasa lebih berat pada remaja,” jelas Anastasia.

Kesehatan mental pada remaja bisa diatasi dengan melakukan regulasi emosi. Regulasi emosi merupakan kemampuan untuk mengelola dan menanggapi perasaan di dalam diri dengan cara yang sehat. “Ini seperti kita memiliki alat pengendali di dalam diri kita untuk menyesuaikan volume emosi, baik itu kesedihan, kemarahan, atau kecemasan,” jelas Anastasia.

Salah satu cara efektif untuk mengasah kemampuan regulasi emosi adalah melalui latihan ekspresi yang sehat. Menurut Anastasia, mengekspresikan emosi merupakan langkah penting, namun penting juga untuk memperhatikan cara melakukannya. “Marah boleh tapi tangan dan kaki tidak menyakiti atau merusak barang, sedih boleh tapi jangan sampai menyakiti diri sendiri atau orang lain,” tutur Anastasia.

Ketika hal ini sering dilatih, skill regulasi emosi seseorang akan meningkat. “Bisa juga ditambah dengan cara-cara lainnya seperti menangis, berbicara dengan orang yang dapat dipercaya, menulis, dan berolahraga,” ujar Anastasia.

Peran orang dewasa juga sangat penting bagi kesehatan mental remaja. Hal tersebut dikarenakan remaja masih sangat bergantung pada respons-respons yang diberikan orang dewasa di sekitar mereka. Ketika berbicara pada anak usia remaja, orang dewasa perlu menggunakan bahasa positif yang sifatnya mengakui, memvalidasi, mengajarkan kesadaran, mengajarkan penerimaan, mengajarkan pengelolaan, dan mendorong refleksi diri dalam beremosi. “Dengan upaya demikian kesehatan mental mereka (remaja) akan meningkat,” kata Anastasia.

Kesehatan mental remaja dapat dipengaruhi oleh aktivitas di dunia maya/digital. Mitra Muda UNICEF Cristina Setianingrum, S.I.Kom. yang akrab disapa Itin menekankan pentingnya penggunaan internet secara sehat untuk mendukung kesehatan mental. Dia mencatat adanya perilaku negatif di dunia digital, seperti Online Child Sexual Exploitation and Abuse (OCSEA).

Itin menjelaskan bahwa OCSEA mencakup berbagai bentuk eksploitasi dan kekerasan seksual online terhadap anak-anak. “Termasuk di dalamnya adalah konten kekerasan seksual, cyberbullying, child grooming, pembuatan gambar seksual sendiri, pemerasan seksual, dan pelecehan seksual dalam bentuk live streaming,” jelas Itin.

Untuk mencegah menjadi korban OCSEA dan menjaga kesehatan mental, Itin membagikan beberapa tips. Di antaranya adalah tidak membagikan kata sandi/password akun, tidak memberikan informasi pribadi di media sosial, tidak bertemu orang asing sendirian, dan hanya membagikan konten positif di internet.

Itin juga mengajak Sobat SMP untuk berani melapor jika menjadi korban atau menyaksikan tindakan OCSEA. Dia menyebut beberapa platform pelaporan, seperti SAP 129, aduankonten.id, Call Center KPAI, dan patrolisiber.id. “Dengan demikian, diharapkan remaja dapat menjelajahi dunia digital dengan lebih aman dan sehat secara mental,” pungkas Itin.

Webinar ini dapat menambah pemahaman Sobat SMP mengenai kesehatan mental remaja. Kesehatan mental yang baik pada remaja dapat berkontribusi besar pada pembentukan profil pelajar yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Bagi Sobat SMP yang ingin menyaksikan webinarnya secara lengkap, bisa dengan klik tautan berikut ini.

 

Baca Juga  5 Langkah Mudah Mendaftar Lomba “Rayakan Merdekamu”

Penulis: Pengelola Web Direktorat SMP

Sumber:

https://www.youtube.com/watch?v=7yB2FCdK9M0

Scroll to Top