Mengenal Gurindam Dua Belas, Mahakarya Sastra Melayu Sarat akan Makna

Halo, Sobat SMP! Indonesia adalah negara yang kaya akan keberagaman budaya, termasuk kekayaan dalam bidang sastra. Salah satu bentuk sastra yang khas di Indonesia adalah puisi rakyat. Puisi rakyat sendiri merupakan karya sastra yang berisi ungkapan dari kehidupan sehari-hari masyarakat, nilai-nilai budaya, agama, dan kearifan lokal yang dimiliki oleh beragam suku dan etnis di Indonesia.

Salah satu jenis dari puisi rakyat yang ada di masyarakat adalah gurindam. Gurindam umumnya mengandung nasihat-nasihat, edukasi moral, serta kata-kata mutiara yang disampaikan dengan bahasa indah dan penuh kiasan.

Salah satu Gurindam yang masyhur di Tanah Air adalah Gurindam Dua Belas karya Raja Ali Haji seorang cendekiawan, sastrawan, sekaligus Pahlawan Nasional Indonesia asal Kepulauan Riau. Gurindam Dua Belas dibuat menggunakan bahasa Melayu Kuno dengan mengombinasikan kata-kata kiasan, metafora dan istilah-istilah tasawuf di dalam tulisannya. Karya sastra tersebut terdiri dari dua belas pasal dan masuk ke dalam bentuk puisi didaktik karena berisi nasihat mengenai budi pekerti, hidup bermasyarakat, ibadah, dsb.

Pembuatan Gurindam Dua Belas dilatarbelakangi oleh konflik internal kerajaan dan tekanan penjajah di kawasan kerajaan Riau-Lingga saat itu. Supaya nilai-nilai keislaman tidak hilang akibat konflik yang terjadi di wilayah tersebut, Raja Ali Haji menulis Gurindam Dua Belas sebagai bentuk tanggung jawab moral dalam memelihara dan mempertahankan eksistensi agama dan kebudayaan Islam. Karya tersebut rampung pada 23 Rajab Tahun 1263 Hijriah (1846 Masehi) di Pulau Penyengat.

Nah, Sobat SMP, penasaran dengan isi dari Gurindam Dua Belas? Yuk, simak lebih lanjut artikelnya!

GURINDAM I

Ini gurindam pasal yang pertama:

Barang siapa tiada memegang agama,

sekali-kali tiada boleh dibilangkan nama.

Barang siapa mengenal yang empat,

maka ia itulah orang ma’rifat

Barang siapa mengenal Allah,

suruh dan tegahnya tiada ia menyalah.

Barang siapa mengenal diri,

maka telah mengenal akan Tuhan yang bahari.

Barang siapa mengenal dunia,

tahulah ia barang yang terpedaya.

Barang siapa mengenal akhirat,

tahulah ia dunia mudarat.

GURINDAM II

Ini gurindam pasal yang kedua:

Barang siapa mengenal yang tersebut,

tahulah ia makna takut.

Barang siapa meninggalkan sembahyang,

seperti rumah tiada bertiang.

Barang siapa meninggalkan puasa,

tidaklah mendapat dua temasya.

Barang siapa meninggalkan zakat,

tiadalah hartanya beroleh berkat.

Barang siapa meninggalkan haji,

tiadalah ia menyempurnakan janji.

GURINDAM III

Ini gurindam pasal yang ketiga:

Apabila terpelihara mata,

sedikitlah cita-cita.

Apabila terpelihara kuping,

khabar yang jahat tiadalah damping.

Apabila terpelihara lidah,

nescaya dapat daripadanya faedah.

Bersungguh-sungguh engkau memeliharakan tangan,

daripada segala berat dan ringan.

Apabila perut terlalu penuh,

keluarlah fi’il yang tiada senonoh.

Anggota tengah hendaklah ingat,

di situlah banyak orang yang hilang semangat

Hendaklah peliharakan kaki,

daripada berjalan yang membawa rugi.

GURINDAM IV

Ini gurindam pasal yang keempat:

Hati kerajaan di dalam tubuh,

jikalau zalim segala anggotapun roboh.

Apabila dengki sudah bertanah,

datanglah daripadanya beberapa anak panah.

Mengumpat dan memuji hendaklah pikir,

di situlah banyak orang yang tergelincir.

Pekerjaan marah jangan dibela,

nanti hilang akal di kepala.

Jika sedikitpun berbuat bohong,

boleh diumpamakan mulutnya itu pekong.

Tanda orang yang amat celaka,

aib dirinya tiada ia sangka.

Bakhil jangan diberi singgah,

itupun perampok yang amat gagah.

Barang siapa yang sudah besar,

janganlah kelakuannya membuat kasar.

Barang siapa perkataan kotor,

mulutnya itu umpama ketur.

Di mana tahu salah diri,

jika tidak orang lain yang berperi.

GURINDAM V

Ini gurindam pasal yang kelima:

Jika hendak mengenal orang berbangsa,

lihat kepada budi dan bahasa,

Jika hendak mengenal orang yang berbahagia,

sangat memeliharakan yang sia-sia.

Jika hendak mengenal orang mulia,

lihatlah kepada kelakuan dia.

Jika hendak mengenal orang yang berilmu,

bertanya dan belajar tiadalah jemu.

Jika hendak mengenal orang yang berakal,

di dalam dunia mengambil bekal.

Jika hendak mengenal orang yang baik perangai,

lihat pada ketika bercampur dengan orang ramai.

GURINDAM VI

Baca Juga  Hardiknas 2022: Pimpin Pemulihan, Bergerak Untuk Merdeka Belajar

Ini gurindam pasal yang keenam:

Cahari olehmu akan sahabat,

yang boleh dijadikan obat.

Cahari olehmu akan guru,

yang boleh tahukan tiap seteru.

Cahari olehmu akan isteri,

yang boleh menyerahkan diri.

Cahari olehmu akan kawan,

pilih segala orang yang setiawan.

Cahari olehmu akan abdi,

yang ada baik sedikit budi,

GURINDAM VII

Ini Gurindam pasal yang ketujuh:

Apabila banyak berkata-kata,

di situlah jalan masuk dusta.

Apabila banyak berlebih-lebihan suka,

itulah tanda hampir duka.

Apabila kita kurang siasat,

itulah tanda pekerjaan hendak sesat.

Apabila anak tidak dilatih,

jika besar bapanya letih.

Apabila banyak mencela orang,

itulah tanda dirinya kurang.

Apabila orang yang banyak tidur,

sia-sia sahajalah umur.

Apabila mendengar akan khabar,

menerimanya itu hendaklah sabar.

Apabila mendengar akan aduan,

membicarakannya itu hendaklah cemburuan.

Apabila perkataan yang lemah-lembut,

lekaslah segala orang mengikut.

Apabila perkataan yang amat kasar,

lekaslah orang sekalian gusar.

Apabila pekerjaan yang amat benar,

tidak boleh orang berbuat onar.

GURINDAM VIII

Ini gurindam pasal yang kedelapan:

Barang siapa khianat akan dirinya,

apalagi kepada lainnya.

Kepada dirinya ia aniaya,

orang itu jangan engkau percaya.

Lidah yang suka membenarkan dirinya,

daripada yang lain dapat kesalahannya.

Daripada memuji diri hendaklah sabar,

biar pada orang datangnya khabar.

Orang yang suka menampakkan jasa,

setengah daripada syirik mengaku kuasa.

Kejahatan diri sembunyikan,

kebaikan diri diamkan.

Keaiban orang jangan dibuka,

keaiban diri hendaklah sangka.

GURINDAM IX

Ini gurindam pasal yang kesembilan:

Tahu pekerjaan tak baik,

tetapi dikerjakan,

bukannya manusia yaituiah syaitan.

Kejahatan seorang perempuan tua,

itulah iblis punya penggawa.

Kepada segala hamba-hamba raja,

di situlah syaitan tempatnya manja.

Kebanyakan orang yang muda-muda,

di situlah syaitan tempat berkuda.

Perkumpulan laki-laki dengan perempuan,

di situlah syaitan punya jamuan.

Adapun orang tua yang hemat,

syaitan tak suka membuat sahabat

Jika orang muda kuat berguru,

dengan syaitan jadi berseteru.

GURINDAM X

Ini gurindam pasal yang kesepuluh:

Dengan bapak jangan durhaka

supaya Allah tidak murka.

Dengan ibu hendaklah hormat

supaya badan dapat selamat.

Dengan anak janganlah lalai

supaya dapat naik ke tengah balai.

Dengan istri dan gundik janganlah alpa

supaya kemaluan jangan menerpa.

Dengan kawan hendaklah adil

supaya tangannya jadi kapil.

GURINDAM XI

Ini gurindam pasal yang kesebelas:

Hendaklah berjasa,

kepada yang sebangsa.

Hendaklah jadi kepala,

buang perangai yang cela.

Hendaklah memegang amanat,

buanglah khianat.

Hendak marah,

dahulukan hujjah.

Hendak dimalui,

jangan memalui.

Hendak ramai,

murahkan perangai.

GURINDAM XII

Ini gurindam pasal yang keduabelas:

Gurindam Dua Belas, pasal yang ke 11 dan ke 12

Raja mufakat dengan menteri,

seperti kebun berpagarkan duri.

Betul hati kepada raja,

tanda jadi sebarang kerja.

Hukum adil atas rakyat,

tanda raja beroleh inayat.

Kasihkan orang yang berilmu,

tanda rahmat atas dirimu.

Hormat akan orang yang pandai,

tanda mengenal kasa dan cindai.

Ingatkan dirinya mati,

itulah asal berbuat bakti.

Akhirat itu terlalu nyata,

Akhirat itu terlalu nyata,

Kepada hati yang tidak buta.

 

Sobat SMP, itulah Gurindam Dua Belas karya Raja Ali Haji yang sarat akan makna. Semoga dengan membaca gurindam tersebut Sobat SMP bisa lebih mencintai sastra Indonesia dan menginspirasi Sobat SMP untuk membuat karya sastra yang indah dan penuh edukasi moral. Sampai jumpa di artikel menarik selanjutnya!

 

Penulis: Pengelola Web Direktorat SMP

Sumber:

http://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/?newdetail&detailTetap=15

https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/?newdetail&detailCatat=180

https://www.riau.go.id/home/content/2022/11/05/12733-simak-gurindam-12-karya-pujangga-melayu-raja-ali

Scroll to Top