PTM Terbatas di SMP Plus Islamic Village Kabupaten Tangerang

Pandemi memberikan dampak sosial negatif berkepanjangan seperti risiko putus sekolah, learning loss, dan juga kesehatan mental peserta didik. Sadar akan hal tersebut, kini pemerintah mulai mendorong satuan pendidikan yang berada di area Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 1 hingga 3 untuk segera melakukan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) secara terbatas.

Sudah banyak satuan pendidikan yang mulai memberanikan diri untuk mengambil langkah melakukan PTM terbatas. Salah satu sekolah yang telah melaksanakan PTM terbatas adalah SMP Plus Islamic Village. Sekolah ini terletak di Kompleks Islamic Village, Jalan Mina Raya, Kelapa Dua, Kecamatan Kelapa Dua, Kabupaten Tangerang, Banten.

Meski demikian, PTM terbatas belum bisa memberikan keluwesan bagi SMP Plus Islamic Village dalam melaksanakan pembelajaran. Tentunya karena faktor keamanan dan keselamatan peserta didik, tenaga pendidik, dan juga tenaga kependidikan dari ancaman virus Covid-19. 

Karena jumlah peserta didik yang diperbolehkan mengikuti PTM terbatas di sekolah dalam satu hari maksimal hanya 50%, pihak sekolah mencari solusi agar peserta didik yang belum bisa mengikuti PTM di sekolah tetap mendapatkan materi pembelajaran dengan proporsi yang sama.

Pemanfaatan teknologi di tengah pandemi

Maka dari itu, pelaksanaan PTM terbatas di SMP Plus Islamic Village menggunakan metode blended learning. Metode blended learning yang dimaksud ialah mengombinasikan metode belajar luring dan daring. Jadi, guru akan mengajar secara langsung di dalam kelas serta menggunakan webcam dan aplikasi konferensi daring bagi anak yang sedang melakukan PJJ di rumah.

Kepala Sekolah SMP Plus Islamic Village Abdul Napudin menuturkan bahwa metode blended learning dilakukan untuk mengakomodasi peserta didik yang mendapatkan jadwal belajar dari rumah ataupun yang belum bisa mengikuti PTM terbatas.

“Metode blended learning ini berguna untuk mengefektifkan pembelajaran. Karena satu hari maksimal hanya 50%, peserta didik lainnya tetap mengikuti pelajaran, hanya saja dari rumah. Jadi, mereka mendapat proporsi yang sama dan tidak perlu khawatir ketinggalan pelajaran,” tutur Abdul.

Peserta didik yang mengikuti PTM terbatas di sekolah juga diwajibkan membawa gawai karena guru akan memberikan tugas dan materi melalui platform pembelajaran digital seperti Schoology, Quizizz, dan sebagainya. Hal ini dilakukan agar peserta didik yang di sekolah dan di rumah mendapatkan pengalaman belajar yang sama. Perbedaannya hanya saja peserta didik yang mengikuti PTM terbatas di sekolah bisa berinteraksi dan bertanya langsung dengan guru di kelas

Abdul menjelaskan bahwa penggunaan metode blended learning ini tidak serta-merta berjalan lancar. Terdapat kendala-kendala tertentu, misalnya guru yang keteteran menyiapkan materi luring sekaligus daring ataupun peserta didik yang tidak fokus mengikuti kelas daring.

“Kendalanya ya guru kami yang sedikit keteteran menyiapkan materi bagi siswa di kelas sekaligus di rumah (daring). Selain itu, anak-anak yang mengikuti daring dari rumah sering tidak fokus karena sambil bermain game,” jelas Abdul.

Meski demikian, Abdul kembali menegaskan bahwa ada hikmah di balik ini semua. Menurut Abdul, sisi positif dari adanya pandemi ini adalah para tenaga pendidik bisa mempelajari teknologi-teknologi baru dan semakin kreatif dalam mengembangkan metode pembelajaran.

“Kalau saya lihat pandemi ini membuat kami kesulitan memantau dan mengontrol perkembangan karakter anak. Tetapi sisi positifnya adalah guru-guru semakin memahami pembelajaran secara daring dan memahami tool-tool terbaru. Jadi bisa memperluas pengetahuan dan mengembangkan pembelajaran,” ujar Abdul.

Mempersiapkan PTM terbatas

Baca Juga  Semangat Satap Untuk Bertatap

Abdul Napudin menuturkan bahwa sebelum melaksanakan PTM Terbatas, sekolahnya sudah melakukan koordinasi dengan pihak-pihak terkait seperti Pemerintah Kabupaten Tangerang, Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang, puskesmas terdekat, dan juga Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 Kabupaten Tangerang.

“Pihak yayasan kami sudah membuat surat ke berbagai pihak seperti Satgas Covid Kabupaten Tangerang, puskesmas, dan juga kepolisian untuk melakukan koordinasi terkait pelaksanaan PTM terbatas,” kata Abdul. 

Selain melakukan koordinasi, Abdul juga mengatakan bahwa dilakukan sosialisasi mengenai pelaksanaan PTM terbatas terlebih dahulu kepada orang tua murid. Setelah itu, barulah mereka mengisi formulir persetujuan mengikuti PTM terbatas melalui Google Form. Dari hasil tersebut, hanya 15 dari 180 peserta didik yang belum bisa mengikuti PTM karena kendala kondisi kesehatan.

Dari sisi teknis, pihak sekolah juga telah mempersiapkan daftar periksa. Misalnya seperti ketersediaan sarana cuci tangan, disinfektan, thermogun, masker cadangan, dan sebagainya.

Antisipasi pun telah disiapkan apabila sewaktu-waktu terdapat peserta didik yang kondisinya kurang sehat. Selain menyediakan ruang karantina, sekolah pun siap berkoordinasi dengan fasilitas kesehatan terdekat.

Pelaksanaan PTM terbatas

Dalam hal pelaksanaan PTM terbatas, Abdul menuturkan bahwa jumlah peserta didik yang diperbolehkan mengikuti PTM terbatas adalah 50%. Di SMP Plus Islamic Village satu kelas berisikan maksimal 24 anak yang berarti hanya 12 anak yang bisa mengikuti PTM terbatas.

Satu kelas dibagi menjadi kelompok A dan B. Pada minggu pertama, kelompok A masuk setiap Senin, Rabu, dan Jumat, sedangkan kelompok B masuk di hari Selasa dan Kamis. Untuk minggu berikutnya dilakukan jadwal sebaliknya agar peserta didik mendapatkan proporsi yang sama.

Durasi pembelajaran PTM hanya dibatasi maksimal 3 jam. Pukul 7.30 WIB, para peserta didik mengawali kegiatan PTM dengan morning activity seperti mengaji dan pembekalan oleh wali kelas. Setelah itu barulah materi pelajaran dimulai dari pukul 8.00 WIB.

Ketika istirahat, peserta didik hanya diperbolehkan makan dan minum di dalam kelas. Kantin juga belum dibuka untuk menghindari terjadinya kerumunan. Agar menjaga kondisi tetap kondusif, ada guru dan anggota OSIS yang berkeliling untuk memantau terlaksananya protokol kesehatan. 

Pembelajaran tatap muka terbatas berakhir pada pukul 11.00 WIB. Mayoritas peserta didik pulang ke rumah masing-masing dengan dijemput oleh orang tuanya. Tentunya hal ini dilakukan supaya mereka tidak terpapar virus dan penyakit di kendaraan umum.

Berdamai dengan pandemi

Pada akhirnya, pandemi tetaplah pandemi. Ia telah menjadi sebuah takdir yang tidak dapat dimungkiri. Di tengah banyaknya orang yang menyalahkan pandemi, SMP Plus Islamic Village telah berdamai dengan pandemi dan melihat celah untuk bisa berjalan bersamanya.

Pandemi memang banyak membawa dampak negatif bagi kondisi dunia. Akan tetapi jika kita bisa melihat celah tentunya ada sisi positif yang dapat menjadi titik balik untuk bangkit. Berhenti menggugat pandemi untuk sebuah pelampiasan. Mari berdamai dengan pandemi, mari manfaatkan teknologi.

 

Penulis: Pengelola Web Direktorat SMP

Scroll to Top