Kuda Lumping, Tarian Penunggang Kuda Masyarakat Jawa

Halo Sobat SMP! Sebagian dari kalian pasti tidak asing lagi dengan kuda lumping. Yap! Tarian kuda lumping merupakan tarian tradisional masyarakat Jawa yang sudah tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Yuk simak lebih lanjut penjelasan mengenai tarian kuda lumping!

Kuda lumping yang juga dikenal sebagai jaran kepang atau jathilan, merupakan sebuah tarian tradisional Jawa yang menampilkan sekelompok prajurit menunggang kuda. Menurut Monika Proba, seorang peneliti seni asal Kanada yang tinggal di Warsawa, Polandia, tarian Kuda Lumping berasal dari Yogyakarta.

Tarian kuda lumping menggunakan anyaman kuda dari bambu atau bahan lainnya yang dibentuk menyerupai kuda, lalu dihiasi dengan rambut tiruan dari tali plastik dan kain berwarna. Selain menampilkan adegan prajurit berkuda, tarian ini juga seringkali menyajikan atraksi seperti kesurupan, kekebalan, dan kekuatan magis, seperti memakan beling atau kebal terhadap deraan pecut. Meskipun berasal dari Jawa, tarian ini juga banyak dilakukan oleh orang-orang Jawa yang menetap di Sumatera dan di beberapa daerah di luar Indonesia seperti di Malaysia, Suriname, Hong Kong, Jepang, dan Amerika.

Atraksi kuda lumping awalnya merupakan sebuah pertunjukan untuk merefleksikan semangat juang serta simbol perlawanan pasukan berkuda Pangeran Diponegoro saat melawan penjajahan Belanda. Namun dalam perkembangannya, pertunjukan ini memasukkan unsur spiritual.

Atraksi kuda lumping juga digunakan sebagai bentuk perlawanan non-militer terhadap pasukan Belanda. Gerakan-gerakan dalam tarian ini mencerminkan semangat heroisme dan aspek militer dari sebuah pasukan berkuda atau kavaleri, terlihat dari gerakan yang ritmis, dinamis, dan agresif, dengan mengibaskan anyaman bambu menirukan gerakan kuda di medan perang. Selain itu kuda lumping juga ditujukan sebagai sarana hiburan.

Sebagai salah satu sarana hiburan, pertunjukan kuda lumping terkadang berlangsung hingga 1-2 hari. Saat ini, kuda lumping sering ditampilkan di berbagai acara, seperti menyambut tamu kehormatan, pernikahan, festival budaya, dan acara syukuran. Bahkan, kuda lumping juga dapat dijadikan sebagai sarana untuk mensosialisasikan peraturan kepada masyarakat, salah satunya contohnya yakni pada Operasi Simpatik Candi 2016 dan Sosialisasi Tertib Lalu Lintas wilayah Kawasan Tertib Lalu Lintas (KTL) di kabupaten Purbalingga dimana personel polisi dari Satlantas Polres Purbalingga menjadi pemain kuda lumping.

Nah itulah penjelasan mengenai kuda lumping. Sebagai warga Indonesia, kita perlu melestarikannya karena selain memiliki nilai sejarah, kuda lumping juga memiliki nilai seni yang tinggi. Cara melestarikannya bisa dimulai dengan sering menonton pertunjukkan kuda lumping dan mengikuti kegiatan-kegiatan di sanggar seni yang mempelajari atraksi kuda lumping. Semoga informasi ini bermanfaat ya, Sobat SMP!

 

Baca Juga  Praktik Baik: Menyimak Penyelenggaraan PTM Terbatas di SMP Negeri 1 Dramaga

Penulis: Pengelola Web Direktorat SMP

Referensi:

https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/?newdetail&detailCatat=3736

https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/?newdetail&detailCatat=1961#:~:text=artinya%20kulit%2C%20jadi%20bahan%20pembuatan,tipis%20dan%20dianyam%20seperti%20kipas.

https://kuwaru.kec-kuwarasan.kebumenkab.go.id/index.php/web/artikel/4/151

https://kemlu.go.id/berlin/id/news/5088/peneliti-seni-asal-kanada-di-jerman-ada-unsur-spiritual-di-pertunjukan-kuda-lumping

https://ppid.purbalinggakab.go.id/di-purbalingga-ada-kuda-lumping-ikut-operasi-simpatik/

Scroll to Top