6 Cerita Rakyat Seru dari Kalimantan Timur

Halo, Sobat SMP! Indonesia selain kaya akan sumber daya alam, juga dikenal karena kekayaan budayanya. Hal tersebut bisa dilihat dari banyaknya cerita rakyat yang berkembang di masyarakat tak terkecuali di provinsi Kalimantan Timur. Kali ini, yuk, Sobat SMP, sama-sama kita lihat enam cerita rakyat yang ada di Kalimantan Timur!

1. Legenda Patih Renek

Legenda Patih Renek bermula dari kedatangan Patih Renek, seorang dari Banjar, ke daerah Mahakam dengan rakit yang berisi gamelan dan alat belian. Ketika tiba di Muara Kedang, ia melihat pelepah pisang dan jan tuntung pisang hanyut di sungai, membuatnya beranggapan ada kampung di ujung sungai. Kemudian, Patih Renek dan rombongan melanjutkan perjalanan ke Sabintulung, di mana ia heran karena tidak menemukan tanda-tanda kehidupan. Sungai Sabintulung terlalu kecil untuk rakitnya, sehingga ia memotong rakitnya agar bisa masuk ke wilayah tersebut.

Di Sabintulung, Patih Renek dan keluarganya menetap, bercocok tanam, dan membuat daerah itu ramai dengan kedatangan pendatang lain setelah mereka. Patih Renek melakukan upacara belian selama 7 hari 7 malam di atas rakitnya, dengan janur yang tidak pernah layu. Pada hari ke-14, dua anak perempuannya disuruh turun ke darat untuk mengambil cabe di lokasi yang kini menjadi desa Pohcepak. Saat itulah sebuah rantai besi dari langit menarik rakit beserta Patih Renek dan seluruh isinya. Patih Renek pergi ke kayangan, meninggalkan kedua anak perempuannya di dunia.

Sebelum pergi, Patih Renek memberi pesan kepada kedua anak perempuannya untuk menjaga adat istiadat yang telah dilakukan, termasuk tuhing. Kedua anak perempuan itu kemudian menikah dengan manusia biasa di kampung tersebut, tetapi suami mereka juga menghilang secara gaib. Masyarakat masih percaya bahwa Patih Renek masih hidup di kayangan dan mengamati kehidupan mereka. Erau di wilayah Sabintulung dimulai dengan adat istiadat yang ditinggalkan oleh Patih Renek, yaitu belian selama 14 hari 14 malam. Nama kedua anak perempuan Patih Renek adalah Silawang dan Sitalung.

Saat ini, masyarakat masih percaya bahwa jika mereka membutuhkan bantuan dari Patih Renek dan datuk lainnya seperti Boyok Sora, mereka dapat memanggil nama mereka dengan menginjakkan kaki ke tanah tiga kali. Orang yang meminta tolong akan merasa tubuhnya bertambah besar sehingga dapat melihat sekeliling dengan bebas dari atas. Karena itu, masyarakat di sekitar Sabintulung menganggap orang Sabintulung sebagai orang sakti.

2. Asal Usul Kota Balikpapan

Zaman dulu, wilayah teluk yang saat ini dikenal sebagai Teluk Balikpapan sering diserang oleh lanun atau perompak. Raja Kutai memerintahkan pembangunan barak pertahanan di sana. Saat mencari kayu untuk barak, para penduduk mengalami badai di laut. Terjatuhlah kayu-kayu papan ke laut. Pemimpin perahu berteriak, “Balik papan!” agar papan-papan itu diangkat kembali.

Dengan susah payah, papan-papan itu dimuat kembali ke perahu. Saat mereka kembali ke teluk, mereka menjemur papan-papan tersebut. Kisah perjuangan mereka tersebar, dan akhirnya teluk tersebut yang sebelumnya tak bernama kini dikenal sebagai Balikpapan.

3. Legenda Gunung Batu Tondoyan

Di hulu sungai Bengalon, hidup lima bersaudara. Bersaudara tersebut terdiri dari Ayus (yang tertua dan memiliki kesaktian), Sentang, Songo, Setu, dan adik perempuan bernama Silu (yang memiliki kesaktian dalam memasak).

Sehari-hari, saudara laki-laki mencari makanan di hutan dan berladang, sementara Silu tinggal di Pondok memasak padi. Mereka selalu memiliki cukup makanan meskipun hasil ladang tidak selalu banyak. Suatu sore, Silu meminta Ayus untuk menjaga kenceng nasi besar, tempatnya biasa memasak nasi, dan memperingatkan Ayus untuk tidak membukanya.

Namun, rasa penasaran Ayus membuatnya membuka kenceng tersebut dan kaget karena hanya ada satu untai padi di dalamnya, yang setengahnya telah menjadi nasi. Setelah Silu pulang, ia melihat bahwa nasinya hanya mengisi setengah kenceng, padahal biasanya satu untai padi akan mengisi penuh.

Silu mengetahui bahwa Ayus telah membuka kenceng saat ia pergi ke sungai. Merasa sedih dan geram karena pantangannya dilanggar, Silu memutuskan untuk pergi ke laut. Ayus berusaha menghalangi kepergian Silu dengan membangun bendungan di Sungai Sange dan kemudian di Sungai Jele, namun Silu tetap bersikeras pergi menghilir.

Ayus tidak menyerah dan akhirnya mencoba membendung Sungai Bengalon di daerah Gunung Batu Aji, yang kemudian menjadi lias Batu Putih. Meskipun begitu, Silu tetap menghilir ke laut Mangkalihat dan tenggelam ke dasar laut. Silu kemudian bersemayam di laut Mangkalihat dan disunting oleh penguasa laut.

Meskipun begitu, Silu tidak melupakan saudara-saudaranya. Dua kali setahun, Silu muncul ke permukaan laut. Jika ia melihat ke arah Bengalon di selatan laut Mangkalihat, padi di daerah tersebut akan menguning sebagai tanda siap dipanen. Jika Silu melihat ke utara, daerah Perondongan akan bermusim buah siap panen. Masyarakat masih percaya pada kepercayaan ini sampai saat ini.

4. Lui Las Anak Dewa Langit

Baca Juga  Direktorat SMP dan BPMP DKI Jakarta Kembali Lakukan Kunjungan Kerja

Lui Las, anak Dewa Langit yang tinggal di bumi, dulunya ia dihina dan dikucilkan karena kemiskinannya. Suatu hari, ia bertemu burung elang ajaib yang meminta disumpit dan dimakan. Setelah disumpit, sisa-sisa burung itu kemudian berubah menjadi harta berharga seperti emas batangan, perak batangan, gong, dan benda berharga lainnya. Lui Las menjadi kaya dan terkenal.

Meskipun kaya raya, Lui Las tetap ramah dan pengasih. Orang-orang yang meremehkannya sebelumnya akhirnya meminta maaf dan menghormatinya, terutama setelah tahu ia adalah anak Dewa.

5. Asal Usul Daerah Pemaluan

Daerah Pemaluan berasal dari sifat Putri Rintik Manik, seorang gadis pemalu yang hanya terlihat melalui jendela rumahnya. Penduduk memberi gadis tersebut julukan Gadis Pemaluan karena sifatnya itu. Daerah tempat Putri Rintik Manik tinggal pun lambat laun dinamakan Pemaluan yang kini menjadi sebuah kelurahan di Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara.

6. Terjadinya Pulau Tukung dan Pulau Babi

Dua saudara, kerabat Kerajaan Paser, bertengkar hebat saat membawa warisan untuk disumbangkan ke Sultan Kutai. Kedua orang bersaudara itu memiliki watak yang berbeda bahkan berlawanan. Seorang dari keduanya memiliki sifat serakah. Seorang yang serakah tersebut tidak mau menyerahkan sebagian hartanya. Ia ingin hanya sebagian dari harta saudaranya saja yang diberikan. Saudaranya tidak bisa menerima permintaan tersebut dan bersikukuh bahwa mereka berdua harus sama-sama menyumbangkan sebagian hartanya sebagai hadiah.

Perahu mereka lalu dihantam petir, pecah menjadi dua dan menjelma menjadi dua pulau kecil. Saudara yang baik menjadi tabib dan pulau yang didiaminya dinamakan Pulau Tukung, sementara yang serakah berubah menjadi babi dan pulau yang ditempatinya diberi nama Pulau Babi.

Nah, Sobat SMP, itulah enam cerita rakyat dari Kalimantan Timur. Semoga kisah-kisah di atas dapat memberikan inspirasi bagi Sobat SMP semua! Sampai jumpa di artikel bahasa dan sastra menarik selanjutnya!

 

Penulis: Pengelola Web Direktorat SMP

Sumber:

https://repositori.kemdikbud.go.id/23625/1/SERPIHAN%20CERITA%20RAKYAT%20KALIMANTAN%20TIMUR.PDF

Scroll to Top