Realisasi Pendidikan Bagi Anak Pekerja Migran Melalui CLC di Malaysia

Dilihat 24,538 pengunjung

Pendidikan bagi anak pekerja migran yang berada di luar Indonesia secara nyata direalisasikan melalui program Community Learning Center (CLC). CLC merupakan pusat kegiatan belajar masyarakat Indonesia yang dibentuk atas dasar prakarsa dari, oleh, dan untuk masyarakat setempat, khususnya perusahaan perkebunan sawit juga masyarakat lokal setempat di Sabah-Sarawak serta didukung dan dibina oleh Pemerintah Indonesia

Terbatasnya akses pendidikan untuk anak-anak pekerja migran di wilayah Sabah – Serawak, membuat sebagian dari mereka tidak memperoleh akses pendidikan dan terpaksa bekerja membantu orang tua. Sedangkan sebagian diantaranya bisa mengikuti kegiatan belajar yang diselenggarakan oleh lembaga swadaya masyarakat bernama Humana.

Kondisi tersebut yang akhirnya mendorong pemerintah Indonesia menjalin kesepakatan dengan pemerintah Malaysia melalui Joint Statement pada Annual Consultations tanggal 11 Januari 2009 antara Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono dengan Perdana Menteri Malaysia Abdullah Haji Ahmad Badawi. Nama Community Learning Center kemudian diresmikan oleh Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia, Prof. DR.  M. Nuh, pada tanggal 22 Oktober 2010.

Dengan berdirinya CLC di wilayah Sabah dan Serawak, pemerintah Indonesia berupaya untuk memberikan layanan pendidikan yang mudah dijangkau dan merata untuk anak-anak pekerja migran. Pendidikan berkelanjutan melalui CLC juga bertujuan untuk menanamkan kesadaran pada orang tua dan anak akan pentingnya pendidikan bagi masa depan.

Secara struktural, CLC tidak seperti sekolah yang berdiri sendiri melainkan menginduk pada Sekolah Indonesia Kota Kinabalu (SIKK). CLC dikelola oleh sebuah tim yang terdiri dari pengelola, pemegang kas, serta Operator Dapodik dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing. Dengan begitu, CLC tidak memiliki kepala sekolah sendiri dan dipimpin langsung oleh Kepala SIKK.

Baca Juga  Mengulik Manfaat Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila

Sedangkan untuk tenaga pengajar di CLC terdiri dari guru bina dan guru pamong. Guru bina merupakan guru yang dikirimkan oleh Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK), sedangkan guru pamong adalah guru lokal yang tinggal di sekitar lokasi CLC.

Hingga berjalan kurang lebih selama 10 tahun ini, jumlah CLC yang tersebar di Sabah – Serawak mencapai 45 CLC SMP dan 111 CLC SD, serta terdapat beberapa lokasi Tempat Kegiatan Belajar (TKB) yang kedepannya menjadi cikal bakal CLC. Saat ini jumlah CLC Beserta TKB sebanyak 313 lokasi mendapatkan dukungan tenaga pengajar sebanyak 226 orang guru bina dan 544 orang guru pamong. Siswa yang terdaftar juga telah mencapai 13.749 untuk jenjang SD, serta 5.071 untuk jenjang SMP.

CLC juga telah mendapatkan dukungan dari berbagai pihak, antara lain KJRI Kota Kinabalu, KJRI Kuching, KRI Tawau, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI Atdikbud KBRI Kuala Lumpur, Direktorat GTK, Direktorat SD dan SMP, Pemerintah Kerajaan Malaysia, serta Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit.

Kepala Sekolah Indonesia Kota Kinabalu, selaku penanggung jawab untuk seluruh CLC di Sabah – Serawak, menyampaikan harapannya. “Semoga keberadaan CLC memperoleh dukungan dari berbagai pihak terkait sehingga dapat berjalan dan berkembang mencapai tujuan utamanya yaitu memberikan layanan pendidikan bagi seluruh anak-anak Pekerja Migran Indonesia di Sabah-Sarawak Malaysia tanpa terkecuali,” ungkap Dadang Hermawan.

 

Penulis: Pengelola Web Direktorat SMP

Scroll to Top