Pentingnya Dukungan Kejiwaan dan Psikososial Bagi Peserta Didik

Selama kurang lebih 1,5 tahun, pandemi COVID-19 memaksa peserta didik menjalankan pembelajaran jarak jauh dari rumah secara daring. Rutinitas belajar, bermain, dan bersosialisasi yang biasanya dilakukan di sekolah, berganti menjadi rutinitas belajar mandiri melalui gawai di rumah masing-masing.

Jelang pelaksanaan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas, pihak sekolah menyiapkan skema pembelajaran khusus serta sarana prasarana pendukung. Namun selain itu, penting bagi pihak sekolah dan keluarga untuk memberikan dukungan kejiwaan dan psikososial bagi peserta didik yang mungkin terdampak oleh pandemi COVID-19. Lalu apa yang dimaksud dengan dukungan kejiwaan dan psikososial?

Dukungan Kejiwaan dan Psikososial (DKJPS) adalah dukungan jenis apa pun dari luar atau lokal yang bertujuan melindungi atau meningkatkan kesejahteraan psikologis dan/atau mencegah serta menangani kondisi kesehatan jiwa dan psikososial. DKJPS dipakai berbagai pihak untuk merespons kondisi kedaruratan maupun bencana, salah satunya pandemi COVID-19. 

DKJPS mengintegrasikan pendekatan biologis, psikologis, dan sosiokultural di bidang kesehatan, sosial, pendidikan dan komunitas, serta untuk menekankan perlunya pendekatan-pendekatan yang beragam dan saling melengkapi dari berbagai profesi dalam memberikan dukungan yang sesuai.

DKJPS dalam Situasi Kedaruratan mengedepankan berbagai tingkatan intervensi agar diintegrasikan dalam kegiatan respons pandemi. Tingkatan-tingkatan ini disesuaikan dengan spektrum kebutuhan kesehatan jiwa dan psikososial dan digambarkan dalam piramida intervensi (di samping), mulai dari mempertimbangkan aspek sosial dan budaya dalam layanan-layanan dasar, hingga memberikan layanan spesialis untuk orang-orang dengan masalah kesehatan jiwa dan psikososial yang lebih berat.

Dalam konsep DKJPS, diperkenalkan sebuah piramida intervensi dalam upaya memberikan dukungan kejiwaan dan psikososial (IASC, 2020):

1. Pertimbangan sosial dan layanan dasar keamanan 

Dalam kondisi Pandemi COVID-19, orang tua tidak boleh stres terlebih dahulu sehingga mereka bisa memenuhi hak-hak pengasuhan anaknya yang berada di usia sekolah. Kreativitas orang tua dalam berinteraksi juga mempengaruhi mental anak-anak untuk tetap ceria dan bersedia bergaul dengan orang-orang di sekitarnya. Orangtua juga didorong menggunakan kata-kata positif dalam menjelaskan situasi yang terjadi, sehingga anak tidak merasa stres karena tidak aman. 

2. Memperkuat dukungan masyarakat dan keluarga

Baca Juga  6 Dokumen Pengadaan Barang dan Jasa Terstandarisasi

Dalam konteks pelaksanaan pembelajaran tatap muka terbatas di sekolah, lingkungan sekolah harus menjadi ruang yang ramah anak. Guru sebagai orang terdekat di luar orang tua berperan penting dalam menjaga psikososial peserta didik. Kehadiran guru yang aktif menyapa—baik daring atau luring—akan membuat peserta didik merasa terus diperhatikan. Guru harus terus menjalankan perannya secara profesional, personal dan sosial. Di sini guru dituntut untuk adaptif dalam mengantarkan materi edukasi dan stimulasi terhadap peserta didik dengan memanfaatkan teknologi.

3. Dukungan non spesialis terfokus

Lingkungan sekolah dan keluarga juga harus memperhatikan bila terjadi perubahan sikap yang signifikan dari peserta didik. Bila peserta didik nampak murung, tidak bersemangat atau perubahan fisik dan emosional lainnya, keluarga atau pun guru dapat membantu mengarahkan peserta didik untuk berkonsultasi kepada pihak-pihak non spesialis yang bisa memberikan bantuan layanan kesehatan jiwa dasar seperti guru BK, dokter layanan kesehatan primer, maupun kader kesehatan.

4. Layanan spesialis

Bila kondisi kejiwaan maupun psikososial peserta didik tidak berangsur membaik, maka pihak sekolah maupun keluarga dapat membantu peserta didik untuk mendapatkan layanan kesehatan oleh spesialis seperti perawat kesehatan jiwa, psikolog, psikiater, dan lain-lain. Oleh karena itu pihak sekolah maupun keluarga diharapkan dapat menjangkau bahkan menjalin kerja sama khusus dengan fasilitas pelayanan kesehatan jiwa terdekat.

Untuk mempelajari lebih dalam, Sobat SMP juga dapat mengunduh Pedoman Dukungan Kesehatan Jiwa dan Psikososial pada tautan berikut ini. Sinergi yang baik antara orang tua, guru, masyarakat, dan pemerintah juga sangat diperlukan demi meminimalisir dampak pandemi COVID-19 pada peserta didik. Yuk, siapkan diri untuk pembelajaran tatap muka terbatas di sekolah!

Penulis: Pengelola Web Direktorat SMP

Referensi: 

Bahan paparan “Dukungan Kejiwaan dan Psikososial Saat PTM Terbatas” pada kegiatan “Workshop Program Pencegahan Perundungan Direktorat Sekolah Menengah Pertama” (September 2021)

Scroll to Top