Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Melalui Soal HOTS

Sobat SMP, di era digital seperti saat ini penggunaan teknologi informasi menjadi sangat masif hampir di seluruh lini kehidupan. Oleh sebab itu, dunia pendidikan perlu menyiapkan peserta didik untuk menghadapi tantangan abad 21 yang semakin kompleks. Dalam konteks pembelajaran dan penilaian abad 21, peserta didik harus mempelajari dan menguasai esensial keterampilan antara lain berpikir kritis dan pemecahan masalah; berpikir kreatif dan inovatif; dan berkolaborasi dan berkomunikasi efektif. 

Dengan demikian, salah satu usaha yang perlu dilakukan dunia pendidikan untuk menyiapkan peserta didik sebagai generasi penerus bangsa yang dapat bersaing di tingkat global adalah meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi peserta didik. Hal tersebut dapat didorong dengan menyajikan soal-soal yang menstimulasi kemampuan berpikir tingkat tinggi atau Higher Order Thinking Skill (HOTS) peserta didik.. 

Dalam menyusun instrumen penilaian keterampilan berpikir tingkat tinggi juga melibatkan tiga hal prinsip yaitu menentukan secara jelas apa yang akan dinilai, menyusun tugas atau soal tes, dan menentukan kriteria penguasaan hal yang dinilai. Sedangkan dalam penyusunan penilaian berpikir tingkat tinggi terdapat tiga hal yang perlu diperhatikan yaitu: 

1. Menggunakan stimulus 

Stimulus dapat berupa teks, gambar, skenario, tabel, grafik, wacana, dialog, video, atau masalah. Stimulus berfungsi sebagai media bagi peserta didik untuk berpikir. Tanpa adanya stimulus, soal cenderung menanyakan atau menilai ingatan. Bila memungkinkan stimulus yang digunakan hendaknya edukatif, memberi wawasan, pesan moral dan inspirasi kepada peserta. Stimulus yang digunakan hendaknya juga yang positif, dalam arti tidak menimbulkan efek negatif misalnya menyudutkan kelompok tertentu, atau memberikan penguatan untuk perilaku negatif. 

2. Menggunakan konteks yang baru

Baca Juga  Pidato Mendikbud Pada Peringatan Hari Guru Nasional Tahun 2020

Konteks yang baru yang dimaksud adalah konteks soal secara keseluruhan, dapat berupa materi atau rumusan soal. Agar dapat berfungsi sebagai alat yang mengukur berpikir tingkat tinggi, soal hendaknya tidak dapat dijawab hanya dengan mengandalkan ingatan. Sebagai contoh, soal yang meminta peserta didik untuk mengkritisi karya penulis A berdasarkan aspek atau sudut pandang tertentu merupakan soal yang mengukur keterampilan berpikir tingkat tinggi. Jenis soal seperti itu menuntut peserta didik tidak hanya menjawab dengan mengingat tetapi menuntut keterampilan berpikir tingkat tinggi karena mengkritisi karya tersebut. 

3. Membedakan tingkat kesulitan dan kompleksitas proses berpikir

Tingkat kesulitan dan proses berpikir merupakan dua hal yang berbeda. Soal yang mengukur ingatan dapat mudah dan dapat juga sulit, demikian pula soal yang mengukur berpikir tingkat tinggi juga dapat mudah dan dapat sulit, tergantung pada kompleksitas pertanyaan atau tugas. Terdapat tiga proses berpikir, yaitu mengingat, menerapkan, dan berpikir tingkat tinggi. Dari proses berpikir tersebut guru dapat memformulasikan soal-soal dengan tingkat kesulitan yang sulit.

Setelah mengetahui prinsip penyusunan penilaian yang mendorong kemampuan berpikir tingkat tinggi, semoga Sobat SMP dapat mencoba menerapkannya di lingkungan satuan pendidikan masing-masing. Selamat mencoba, Sobat SMP!

 

Penulis: Pengelola Web Direktorat SMP

Referensi: 

Panduan Penulisan Soal HOTS (Pusat Penilaian Pendidikan, 2019)

http://repositori.kemdikbud.go.id/18343/

Scroll to Top