Membaca Intensif dan Membaca Ekstensif dalam Konteks Gerakan Literasi Sekolah

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) terus menggalakkan program literasi berskala nasional yang dikenal dengan Gerakan Literasi Nasional (GLN). Salah satu bagian dari GLN ialah Gerakan Literasi Sekolah atau GLS yang dikembangkan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Menengah (PAUD Dikdasmen) bersama dengan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.

GLS sendiri memiliki tujuan untuk meningkatkan minat baca para peserta didik, terutama di lingkungan sekolah. Untuk membangun hal tersebut, terdapat tiga kegiatan GLS, yakni kegiatan pembiasaan, kegiatan pengembangan, dan kegiatan pembelajaran. Ketiga kegiatan GLS ini menjadi wadah yang dapat dimanfaatkan guru untuk merancang program-program membaca agar literasi menjadi kompetensi yang dicapai melalui praktik sehari-hari di sekolah, baik di dalam maupun di luar kelas.

Selain itu, untuk mendukung juga penguatan literasi bagi para diperlukan juga kegiatan membaca intensif dan membaca ekstensif. Kolaborasi dari keduanya bisa meningkatkan budaya membaca peserta didik dan juga membuat pembelajaran semakin efektif yang tentunya bermuara pada kecakapan literasi.

Membaca intensif adalah kegiatan membaca teks bacaan secara seksama dan mendalam dengan menangkap lebih dalam informasi yang ada pada teks. Pada kegiatan membaca intensif, peserta didik membaca satu pilihan bacaan yang sama yang disediakan oleh guru. Nantinya mereka diminta untuk membaca teks pendek secara teliti dan cermat agar dapat memahami isi bacaan dengan baik benar.

Melalui kegiatan membaca intensif, peserta didik akan dapat mengembangkan keterampilan membaca seperti membaca sekilas dan mengidentifikasi ide utama dari bacaan. Kegiatan membaca intensif dapat membantu menumbuhkan dan mengasah kemampuan membaca dan berpikir kritis.

Sangat penting bagi guru mata pelajaran apapun untuk menerapkan kegiatan membaca intensif sebagai bagian dari pembelajaran karena dasarnya semua guru adalah guru membaca. Di sinilah guru dapat membantu siswa menggunakan berbagai strategi literasi untuk memahami berbagai jenis teks dalam berbagai konteks dan mencakup berbagai tingkat proses kognitif. 

Tak dapat dimungkiri, kegiatan pembelajaran di sekolah memiliki waktu yang terbatas. Maka dari itu, di sini lah peran dari membaca ekstensif diperlukan di luar waktu pembelajaran. Membaca ekstensif merupakan kegiatan membaca sebanyak-banyaknya. Dalam kegiatan membaca ekstensif, peserta didik yang melakukan kegiatan membaca ekstensif akan membaca bacaan sebanyak-banyaknya dan membaca untuk kesenangan. 

Sebuah hal yang paling mendasar dari kegiatan membaca ekstensif adalah siswa diberi kebebasan untuk memilih bacaannya sendiri . Level bacaan yang dipilih pun cenderung yang sesuai atau di bawah kemampuan masing-masing siswa. Jadi, mereka dapat menikmati sebuah bacaan karena tidak ada arahan khusus dalam memilih bacaan. Membaca ekstensif dapat dijadikan pembiasaan dan pengayaan agar mengembangkan minat membaca sehingga nuansa ‘menyenangkan’ dan tanpa tagihan perlu dihadirkan. 

Dalam konteks GLS, membaca intensif dan membaca ekstensif termasuk ke dalam ketiga kegiatan GLS. Kegiatan pembelajaran tidak dapat terpisahkan dari pembiasaan dan pengembangan. Membaca intensif menjadi bagian dari kegiatan pembelajaran, sedangkan membaca ekstensif merupakan bagian dari kegiatan pembiasaan dan pengembangan. Dengan demikian, membaca intensif juga tidak dapat dipisahkan dari membaca ekstensif karena keduanya saling menguatkan.

Dengan penguatan lewat membaca intensif dan membaca ekstensif, kecakapan literasi peserta didik bisa ditingkatkan sehingga memudahkan mereka ketika mengerjakan soal-soal yang memerlukan pemahaman mendalam terhadap soal bacaan.

Penulis: Pengelola Web Direktorat SMP

Scroll to Top