Melihat Lebih Dekat Praktik Pendidikan Inklusif di SMPN 10 Yogyakarta

Pentingnya pendidikan inklusif sebagai landasan dalam memberikan layanan pendidikan bermutu bagi setiap siswa menjadi fokus dari SMP Negeri 10 Yogyakarta yang berlokasi di Jalan Tritunggal No. 2, Sorosutan, Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta. Di SMP tersebut terdapat 33 siswa Peserta Didik Berkebutuhan Khusus (PDBK) yang tersebar di seluruh angkatannya. Di kelas 7 terdapat 11 siswa, kelas 8 terdapat 10 siswa, dan kelas 9 terdapat 12 siswa.

Kepala Sekolah SMPN 10 Yogyakarta Edy Thomas Suharta, S.Pd., M.Pd. menjelaskan bahwa dengan menerapkan konsep inklusif, pihak sekolah dapat memberikan peluang kepada peserta didik berkebutuhan khusus untuk mendapatkan layanan pendidikan yang sebanding dengan rekan-rekan siswa lainnya.

“Saat ini kami menggunakan Kurikulum Merdeka sehingga pihak sekolah memiliki kebebasan dalam merancang program kegiatan pembelajaran yang fleksibel. Oleh karena itu, anak-anak yang masuk ke sekolah ini terutama anak berkebutuhan khusus, kami upayakan agar mereka memperoleh akomodasi yang layak melalui pendampingan dan perlakuan khusus, serta apa yang anak sukai akan kita ikuti,” ujar Thomas.

Salah satu implementasi pendidikan inklusif di SMP Negeri 10 Yogyakarta adalah program vokasional untuk PDBK. Program vokasional sekolah inklusi menekankan pada praktik langsung yang berkaitan dengan pekerjaan. Adanya program pembelajaran ini bertujuan agar mereka dapat hidup mandiri di masyarakat dengan keahliannya masing-masing. Siswa PDBK mendapatkan manfaat yang besar melalui program vokasional tersebut karena dilatih untuk tampil di depan umum sehingga dapat berdaya dan bersinar sesuai dengan potensi yang dimilikinya.

Dalam program vokasional, mereka (PDBK) didorong untuk masuk program yang sesuai dengan minat dan bakatnya. Setiap program vokasional didampingi satu Guru Pendamping Khusus (GPK). Terdapat 7 Program Keterampilan Vokasional dan Non Vokasional, tiga di antaranya, yaitu Angklung Digital, Kantin Inklusif, dan Mencuci Motor.

Angklung Digital merupakan program keterampilan untuk PDBK. Sebelum beralih ke angklung digital program ini awalnya menggunakan angklung manual. Namun, siswa mengalami kendala karena ritme sehingga kesulitan untuk mengidentifikasinya. Ketika beralih menggunakan angklung digital melalui tablet, siswa sangat tertarik dan semangat untuk berlatih. 

Selain Angklung Digital, PDBK juga dilatih berwirausaha dalam program Kantin Inklusif. Siswa diajarkan untuk melayani pembeli, menghitung uang, dan membuat laporan hasil jualan. Adapun program mencuci motor, yang dilakukan oleh siswa PDBK laki-laki. Satu hari bisa mencuci 10-20 motor dengan biaya Rp5.000,00/motor.

“Untuk satu motor dihargai Rp5.000,00, namun biasanya guru memberikan lebih kepada siswa PDBK,” kata Muhammad Albi Maliki, Guru Pendamping Khusus Mencuci Motor.

SMP Negeri 10 Yogyakarta telah merancang berbagai program pembelajaran inklusif dengan tujuan memberikan layanan pendidikan yang optimal sesuai dengan kebutuhan peserta didiknya. Pendekatan ini terbukti paling efektif, terutama bagi PDBK karena didasarkan pada pengalaman uji coba selama 12 tahun dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 70 Tahun 2009 tentang pendidikan inklusif bagi peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa. Tentunya, praktik-praktik pendidikan inklusif di SMPN 10 Yogyakarta juga mendapatkan bantuan dari Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta melalui Unit Layanan Disabilitas yang bertugas sebagai penyedia layanan dan fasilitas bagi penyandang disabilitas pada pendidikan inklusif. 

Nah Sobat SMP, itulah implementasi pendidikan inklusif di SMPN 10 Yogyakarta. Melalui pendidikan inklusif, sekolah dapat membentuk generasi yang memiliki pemahaman tentang keberagaman, empati, dan kemampuan beradaptasi. Tentunya hal-hal yang dilakukan oleh SMPN 10 Yogyakarta bisa menjadi contoh bagi sekolah lain untuk menciptakan lingkungan satuan pendidikan yang inklusif dan menghormati keberagaman.

 

Baca Juga  Sekolah RI di Tokyo dan SMPN 1 Magetan Bangun Kerja Sama ‘Sisters School’

Penulis: Pengelola Web Direktorat SMP

Scroll to Top