Kisah TB Simatupang, Jenderal Ahli Strategi Perang

Halo, Sobat SMP! Pasti sudah tidak asing saat mendengar nama jalan TB Simatupang di Jakarta, tepatnya diabadikan di kawasan Cilandak, Jakarta Selatan. TB Simatupang merupakan salah satu pahlawan nasional yang memiliki kesadaran cinta tanah air yang tinggi.  Pahlawan dengan nama lengkap Tahi Bonar Simatupang adalah seorang Letjen Purnawirawan dari Sumatera Utara. 

Jenderal yang lahir pada 28 Januari 1920 di Sidikalang ini menjadi salah satu konseptor peletak dasar-dasar kemiliteran dan menerima gelar pahlawan nasional pada tahun 2013. Dalam pengabdiannya, pada saat perjuangan kemerdekaan ia pernah menjadi delegasi Indonesia pada Konferensi Meja Bundar di Den Haag. 

Karier militer Simatupang dimulai pada tahun 1940 saat ia mendaftar di Koninklijke Militaire Academie (KMA) di Bandung. Setelah dua tahun belajar, Simatupang lulus sebagai perwira muda. Saat Indonesia merdeka tahun 1945, Simatupang bergabung dengan Pasukan Keamanan Rakyat (TKR). Ia memiliki prestasi yang luar biasa dalam bidang organisasi dan manajemen militer. 

Saat usianya yang masih terbilang muda, ia sudah menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan Perang RI. Ia juga pernah menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung RI. Pengabdian Jenderal TB Simatupang adalah sebagai TNI di bidang diplomasi dan menjadi satu-satunya anggota TNI yang tetap bertugas dalam perundingan pertama tahun 1946 hingga tentara kolonial meninggalkan Indonesia. 

Pada masa perjuangan mempertahankan kemerdekaan, Simatupang ikut serta dalam perjuangan melawan kolonialisme Belanda, ia diangkat menjadi Wakil Kepala Staf Angkatan Perang RI (1948-1949). Ia turut bergerilya bersama Panglima Besar TNI Jenderal Sudirman melawan pasukan Belanda, karena tidak banyak perwira yang dapat memahami persoalan ini. 

Simatupang mengakhiri kariernya sebagai Kepala Staf Angkatan Perang RI dengan pangkat Mayor Jenderal di akhir usia dia yang masih sangat muda (1950-1954) karena Jenderal Sudirman telah wafat pada tahun 1950. Dari tahun 1954 hingga 1959, Simatupang dipromosikan menjadi penasihat militer di Departemen Pertahanan RI. Pada akhirnya, ia pensiun dari tugas aktif dengan pangkat Letnan Jenderal di kemiliteran karena perbedaan prinsip dengan Presiden Soekarno pada masa itu. 

Semangat juang berjalan seiring dengan kesediaan untuk berkorban dan tidak mementingkan diri sendiri. Hal itu menjadi ciri yang sangat mencolok dalam perjuangan saat itu, dan terpancar dari hadirnya dua pilihan yang selalu mereka didengungkan, “Merdeka atau Mati”. Tumbuh dan didewasakan dalam situasi perjuangan bangsa Indonesia, dengan upaya merebut serta mempertahankan, menegakkan, dan mengisi kemerdekaan. 

Watak dan sikap Jenderal Simatupang yang kuat, tegas, teguh, tegar, dan konsisten dalam keyakinannya terhadap fundamental, nilai-nilai, cita-cita, dan tujuan perjuangan bangsanya. Hal ini dapat memperluas wawasan semangat dan visi bagi Sobat SMP sebagai generasi penerus bangsa. Sekaligus berupaya melestarikan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia di masa depan dan melanjutkan perjuangan bangsa untuk mewujudkan kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya. 

 

Baca Juga  Yuk, Mengolah Limbah Keras yang Ada di Rumah!

Penulis: Pengelola Web Direktorat SMP

Sumber:

https://garuda.kemdikbud.go.id/documents/detail/2501641 

https://sumutprov.go.id/artikel/halaman/pahlawan-nasional 

Scroll to Top