Candi Kedulan, Bendungan, dan Frustrasinya Sang Raja

Halo, Sobat SMP! Indonesia pernah berada di masa kerajaan Hindu-Buddha. Ada banyak peninggalan-peninggalan dari kerajaan Hindu dan Buddha seperti candi, prasasti, dan juga arca. Peninggalan-peninggalan tersebut menjadi bukti bahwa pernah ada sebuah kerajaan di lokasi tersebut.

Salah satu peninggalan sejarah yang ditemukan di Daerah Istimewa Yogyakarta adalah Candi Kedulan. Candi berlatar belakang agama Hindu ini terletak di Dusun Kedulan, Desa Tirtomartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Candi Kedulan pertama kali ditemukan oleh para penambang pasir pada 24 November 1993. Setelah ditemukan, candi ini langsung dilakukan sejumlah pelestarian seperti penyelamatan, pengumpulan data, dan juga anastilosis (pemugaran lagi reruntuhan-reruntuhan) dalam kurun waktu beberapa tahun.

Kala itu terdapat beberapa bukti-bukti tertulis peninggalan Candi Kedulan, yaitu Prasasti Sumundul, Prasasti Pananggaran, dan Prasasti Tlu Ron. Prasasti Sumundul dan Prasasti Pananggaran ditemukan terlebih dahulu pada tahun 2002 ketika studi kelayakan, sedangkan penemuan Prasasti Tlu Ron 13 tahun kemudian pada 2015.

Menurut situs resmi Balai Cagar Budaya D. I. Y., Prasasti-prasasti tersebut dikeluarkan pada masa pemerintahan raja yang berbeda. Prasasti Sumundul dan Pananggaran berasal dari masa yang sama yaitu 868 Masehi (era Mataram Kuno). Kedua prasasti ini dikeluarkan pada masa Raja Rakai Kayuwangi Dyah Lokapala (855-884 Masehi). Sementara prasasti Tlu Ron berasal dari tahun 900 Masehi, dikeluarkan pada masa Raja Balitung (898-910 M). Ada selisih 32 tahun antara terbitnya kedua prasasti tersebut.

Prasasti Sumundul dan juga Prasasti Pananggaran berisi tentang pembangunan bendungan di sekitar Candi Kedulan saat ini. Bendungan-bendungan tersebut digunakan untuk mengairi lahan pertanian di sekitar bangunan suci. Hasil tani bakal dipakai sebagai persembahan kepada bangunan suci ini. Ini merupakan hal yang lumrah di masa itu

Prasasti Tlu Ron kemudian melengkapi informasi-informasi yang tertuang di dalam kedua prasasti sebelumnya. Di dalam prasasti ini, disebutkan asal-muasal pembangunan bendungan dan juga kegagalan-kegagalan yang terjadi saat masa pembangunan. Ternyata, pembangunan bendungan ini pernah gagal hingga tiga kali karena berbagai faktor seperti bencana alam dan lain-lain.

Kegagalan pembangunan inilah yang membuat Raja Balitung merasa frustrasi dan memikirkan bagaimana agar pembangunan bendungan bisa berhasil. Ia pun akhirnya menunjuk seorang makudur sebagai pemimpin pembangunan bendungan. Makudur adalah pemimpin upacara penetapan sima. Sima sendiri ialah tanah yang diberi batas dan sebagian hasilnya untuk menunjang keperluan suci keagamaan. Makudur bertugas sebagai pembaca mantra dan sumpah saat upacara sima.

Penunjukkan makudur ini sebagai pemimpin pembangunan sangat jarang ditemukan di era Mataram Kuno. Tidak ada yang tahu persis alasan mengapa makudur bisa dipilih oleh Raja Balitung. Namun, tampaknya kebijakan ini diambil karena sang raja cukup frustrasi akibat pembangunan bendungan yang terus-menerus gagal. 

Dari penemuan Candi Kedulan ini, kita bisa mengambil hikmah betapa berharganya peninggalan sejarah. Candi Kedulan menjadi sumbangan baru dalam khazanah kajian sejarah kebudayaan di Tanah Air kita. Maka dari itu, mari kita jaga dan rawat situs-situs sejarah yang masih tersisa agar keberadaannya tetap terlestarikan ya!

 

Baca Juga  Perubahan Positif pada Jenjang PAUD Dikdasmen dalam RUU Sisdiknas

Penulis: Pengelola Web Direktorat SMP

Scroll to Top