Kampanyekan Stop Perundungan, Direktorat SMP Gelar Webinar Bertajuk “Hentikan Perundungan! Tetap Asyik Tanpa Mengusik”

Dilihat 19,198 pengunjung

Mengingat tingginya angka kasus perundungan atau bullying selama pandemi, membuat Direktorat SMP merasa perlu mengampanyekan gerakan stop perundungan. Oleh karena itu, Bidang Peserta Didik Direktorat SMP menggelar Webinar bertajuk “Hentikan Perundungan! Tetap Asyik Tanpa Mengusik” pada Rabu (14/4) yang diikuti oleh perwakilan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, LPMP, BP PAUD, Kepala Sekolah SMP, Guru BK SMP, serta Pengelola UKS Jenjang SMP secara virtual.

Berkolaborasi dengan UNICEF dan Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A), acara ini menghadirkan 4 (empat) narasumber yaitu Fanny Lara Ambadar, Derry Ulum, Poppy Dewi Puspitawati, Vitria Lazzarini. Adapun Sakhna Fawatihul Bilad bertindak sebagai MC yang memandu jalannya acara. 

Acara dibuka langsung oleh Drs. Mulyatsyah, M.M selaku Direktur Sekolah Menengah Pertama secara virtual. Dalam sambutannya, beliau menegaskan pentingnya peran guru dalam mencegah kasus perundungan di lingkungan sekolah. Mulyatsyah juga menyebutkan tentang dampak perundungan kepada perkembangan peserta didik. 

“Guru merupakan garda terdepan untuk menghentikan perundungan. Saya berharap perundungan di lingkungan SMP seluruh Indonesia bisa dihentikan. Guru perlu bekerjasama dengan orang tua dan masyarakat untuk menghindari kasus-kasus serupa di sekolah. Banyak dampak yang terjadi, baik dari sosial maupun psikologis yang nantinya akan membekas sepanjang masa. Ini akan menghambat perkembangan anak dari sisi sosial maupun dari pengembangan karakter,” tutur Mulyatsyah.

Materi pertama mengenai Penguatan Pendidikan Karakter di Satuan Pendidikan dibawakan oleh Poppy Dewi Puspitawati selaku Widyaprada Ahli Utama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Poppy Dewi menekankan pentingnya pendidikan karakter di sekolah serta contoh implementasinya di lingkungan sekolah sesuai dengan Perpres Nomor 87 Tahun 2017.

“Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) bertujuan untuk menekan kasus perundungan di seluruh Indonesia dan harus dilakukan secara komprehensif oleh semua pihak. Bapak Ibu guru harus mengintegrasikan PPK melalui proses pembelajaran di kelas. Ada juga PPK berbasis budaya sekolah dengan melakukan  pembiasaan nilai-nilai utama dalam keseharian sekolah. Guru harus memberikan contoh bagaimana bertenggang rasa dan menghargai perbedaan,” jelas Poppy Dewi.

Hadir sebagai pemateri kedua, Vitria Lazzarini dari Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) membawakan materi mengenai cyber bullying. Dalam paparannya, Vitria menyampaikan mengenai definisi cyber bullying, ragam perilaku, dampak cyber bullying dan cara pencegahan cyber bullying.

Cyber bullying prevalensinya cukup tinggi yaitu 45% artinya ini suatu permasalahan yang tidak bisa disepelekan karena bisa terjadi kepada siapa saja, kapan saja, bahkan lintas ruang dan waktu. Cyber bullying yang awalnya terjadi di dunia maya sangat berpotensi terjadi di dunia nyata. Oleh karena itu kita bisa mengajarkan siswa tentang etika penggunaan sosial media ,” papar Vitria.

Materi selanjutnya dibawakan oleh Derry Ulum selaku Child Protection Officer UNICEF membawakan materi Program Roots: Model Pencegahan Perundungan di Sekolah. Ia menyebutkan bahwa program Roots diinisiasi oleh UNICEF bersama Kemendikbud yang dapat diimplementasikan oleh satuan pendidikan untuk mengurangi kasus bullying di sekolah.

Derry menjelaskan bahwa tahapan program Roots dimulai dari menjaring survei awal kepada siswa terkait kasus perundungan yang terjadi di sekolah. Kemudian selanjutnya kita bisa menunjuk agen perubahan yang diberikan pelatihan terkait materi perundungan dan kecakapan hidup oleh fasilitator. Setelah sesi pelatihan berakhir, para agen perubahan akan mengkampanyekan anti bullying selama 1 (satu) hari, dan terakhir dilakukan evaluasi efektivitas program.

Menjadi narasumber terakhir, Fanny Lara Ambadar selaku Life Coach berbagi materi mengenai Trauma Healing Untuk Korban Perundungan. Fanny menjabarkan jenis-jenis trauma healing, 5 (lima) luka emosional, serta langkah-langkah untuk mendukung pemulihan psikis korban perundungan. 

Dalam kesempatan tersebut, Fanny menjelaskan beberapa langkah penyembuhan trauma healing emosional dengan cara mengajarkan empati diri dan validasi diri, memberikan pandangan yang seimbang mengenai sesama, dan dengan mengajarkan tentang nilai kehidupan yang positif dan meningkatkan harga diri.

Dengan terselenggaranya acara ini, Direktorat SMP berharap agar para guru, pemangku kepentingan dan para pemirsa dapat memberikan perhatian lebih terkait kasus perundungan di sekolah. Mega Hapsari selaku Koordinator Bidang Peserta Didik Direktorat SMP menuturkan harapannya terkait acara ini. 

“Harapannya mudah-mudahan apa yang sudah diselenggarakan oleh Bidang Peserta Didik Direktorat SMP dapat menjadi inspirasi dan motivasi bagi pemirsa yang menyimak acara ini. Perundungan bisa terjadi kepada siapa saja, kapan saja, dimana saja, dan beragam bentuknya, sehingga harapannya setelah mengikuti acara ini mereka dapat melakukan pencegahan lebih awal terhadap kegiatan-kegiatan yang mungkin akan mengarah pada perundungan,” pungkas Mega.

 

Baca Juga  Suku Bajo: Bertaut Hidup Bersama Laut

Referensi: Liputan kegiatan webinar “Hentikan Perundungan! Tetap Asyik Tanpa Mengusik”, Rabu, 14 April 2021

Penulis: Pengelola Web Direktorat SMP

Scroll to Top