3 Potensi Dampak Sosial Negatif Pandemi COVID-19 Bagi Peserta Didik yang Harus Diwaspadai

Sudah satu tahun pandemi COVID-19 berlangsung di Indonesia. Hadirnya pandemi di Tanah Air telah membawa berbagai dampak yang buruk di berbagai sektor, termasuk di sektor pendidikan.

Setidaknya, terdapat tiga potensi dampak sosial negatif berkepanjangan yang mengancam peserta didik akibat efek pandemi COVID-19. Ketiga dampak tersebut seperti putus sekolah, penurunan capaian belajar, serta kekerasan pada anak dan risiko eksternal.

  • Putus sekolah

Seperti yang telah dijelaskan tadi, pandemi memberikan dampak ke berbagai sektor di Tanah Air. Sektor ekonomi adalah salah satu sektor yang cukup mengalami dampak signifikan. Akibatnya, banyak orang yang kehilangan pekerjaan dan penghasilan.

Tidak jarang orang tua yang lebih memilih anaknya berhenti bersekolah dan memilih mempekerjakan anak untuk membantu perekonomian keluarga akibat krisis ekonomi yang terjadi. Selain itu, banyak orang tua yang tidak bisa melihat peranan sekolah dalam proses belajar mengajar apabila proses pembelajaran tidak dilakukan secara tatap muka.

  • Penurunan capaian belajar

Tidak bisa dimungkiri, keadaan sosial-ekonomi tiap keluarga berbeda-beda. Perbedaan akses dan kualitas selama pembelajaran jarak jauh (PJJ) dapat mengakibatkan kesenjangan capaian belajar, terutama untuk anak dari sosio-ekonomi yang berbeda.

Hal lain yang menjadi perhatian adalah risiko terjadinya learning loss. Studi menemukan bahwa pembelajaran tatap muka menghasilkan pencapaian akademik yang lebih baik saat dibandingkan dengan PJJ. 

  • Kekerasan pada anak dan risiko eksternal

Selama pemberlakuan sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ), peserta didik lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. Hal ini tentu meningkatkan risiko kekerasan yang tidak terdeteksi. Tanpa sekolah, banyak anak yang terjebak di kekerasan rumah tanpa diketahui oleh guru.

Selain kekerasan di rumah, risiko eksternal juga menjadi hantu bagi peserta didik. Ketika anak tidak lagi datang ke sekolah, terdapat peningkatan risiko untuk pernikahan dini, eksploitasi anak terutama perempuan, dan kehamilan di kalangan remaja.

Pelaksanaan pembelajaran tatap muka terbatas bisa menjadi solusi

Baca Juga  Pantau Perkembangan Peserta Didik Melalui 3 Jenis Asesmen Pembelajaran

Salah satu solusi untuk mengatasi permasalahan di atas adalah dengan melaksanakan pembelajaran tatap muka (PTM) secara terbatas. Pemerintah telah mendorong pelaksanaan PTM terbatas bagi sekolah yang berada di zona kuning dan hijau. 

Direktur Direktorat Sekolah Menengah Pertama (SMP) Drs. Mulyatsyah, M. M. juga menegaskan pelaksanaan PTM terbatas di zona kuning dan hijau dengan tetap memerhatikan kesiapan PTM serta telah mengantongi izin dari para pemangku kebijakan.

“Pada prinsipnya sama arahan dari Dirjen PAUD DIKDASMEN dengan berpedoman kepada SKB 4 Menteri. Kita berharap untuk zona kuning dan hijau sepanjang itu diizinkan oleh kepala daerah, kita dorong agar dapat menyelenggarakan pembelajaran tatap muka. Karena kita tidak tahu pandemi ini sampai kapan, tetapi yang perlu kita lakukan adalah memperkecil risiko saat PTM,” tegas Mulyatsyah.

Mulyatsyah juga kembali menegaskan bahwa pelaksanaan PTM harus memprioritaskan keamanan, kenyamanan, dan keselamatan bagi para peserta didik dan seluruh elemen pendidikan di sekolah termasuk guru serta tenaga kependidikan.

“Prinsip utama dalam melaksanakan PTM terbatas adalah keamanan, kenyamanan, keselamatan baik bagi peserta didik, maupun guru-guru kita,” pungkas Mulyatsyah.

Tidak hanya melaksanakan PTM terbatas, peranan guru serta sekolah dalam memerhatikan dan memantau anak didiknya selama pelaksanaan PJJ sangat diperlukan untuk meminimalisasi risiko-risiko di atas.

Penulis: Pengelola Web Direktorat SMP

Referensi:

SKB 4 Menteri Tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran Tatap Muka di Masa Pandemi COVID-19

Wawancara pribadi 14 Juli 2020

Scroll to Top